Menu Atas

 


SJ. Adam
Selasa, 11 Juni 2013, 22.42.00 WIB
Last Updated 2021-04-19T14:45:17Z
Story - Teak forest - Plant

Menanam Jati Plus di Sepanjang

Advertisement
Story - Teakforest - Plant

Sinar mentari pagi pukul delapan lebih delapan menit waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), di hari Jumat yang cerah di awal bulan Mei (3/5/13) lalu, menyambut kami di petak hutan nomor 2E Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Calung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sepanjang, di kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madura, Perum Perhutani Unit Jawa Timur itu.

Di petak hutan di pulau Sepanjang ini, sejak bulan Januari 2012, oleh Perum Perhutani, sedang dibudidayakan bibit tanaman jati plus (JPP) alias benih jati unggulan seluas 5,80 hektare dengan jarak tanam 3x3 meter.

Dalam proses penanamannya dengan sistem tumpangsari, selain jati sebagai tanaman usaha pokok, juga dengan aneka tanaman lain. Yaitu, secang sebagai pagar, lamtoro untuk sela tanaman, asam sebagai pengisi dan mahoni buat tepian serta anggrek untuk tanaman hias.

Sebetulnya, hamparan tanah berwarna merah disana tergolong lahan subur,  dengan kelas bonita dua (level kesuburan, bonita 2,00), sehingga mengandung daya regenerasi yang bagus bagi tetumbuhan termasuk pohon jati. Terlihat dari munculnya terubusan yang tampak segar di areal bekas tebangan jati alam itu. Mengapa banyak terubusan itu tidak dibiarkan alami saja sehingga kelak bertumbuh menjadi hutan jati kembali?

“Memang benar. Tetapi, kalau terubusan itu dibiarkan tumbuh kembali maka kita akan kehilangan lacak yang jelas atas asal usul jenis pohon jati disini, sehingga kami pun bermaksud menggantinya dengan bibit tanaman jati unggul ini,” tutur Administratur Perhutani KPH Madura, Ir. Murgunadi, MM.

Selain ditanami dengan benih jati unggul, di petak hutan lain bernomor 1A seluas 27,90 hektare juga sedang ditanamankan bibit jati yang dibuat dengan metoda  stek pucuk, di kawasan hutan RPH Calung, BKPH Sepanjang itu.     

Penanda Waktu Barat di Bagian Tengah

Penanda waktu saat kami tiba di kawasan hutan di pulau Sepanjang itu, tercapai setelah menempuh delapan puluh menit  perjalanan laut, dengan mini speedboat (perahu kecil bermesin cepat), dari Tanjung Patapan di ujung Timur pulau Kangean sampai ke dermaga khusus di pulau Sepanjang, lalu sedikit berjalan kaki sampai basecamp dan Kantor Asisten Perhutani (Asisten Perhutani) BKPH Sepanjang dan kemudian bersepeda motor, bersama Administratur Perum Perhutani KPH Madura, Ir. Murgunadi, MM.

Pulau Sepanjang dan juga pulau Kangean termasuk tiga pulau besar (satunya lagi pulau Paliat) yang dikelola Perum Perhutani, karena sebagian besar kawasannya memiliki hutan kayu jati. Ketiga pulau ini merupakan bagian dari kerumunan sejumlah pulau yang membentuk daerah kepulauan.

Karena kawasan kepulauan itu secara administratif. termasuk bagian daerah  pemerintahan Kabupaten Sumenep di pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, maka patokan penunjuk waktunya pun mengikuti ketentuan di pulau Jawa yang termasuk ke dalam Bagian Barat Waktu Indonesia (BBWI).

Padahal, jika ditarik garis lurus ke arah Selatan, kawasan ini termasuk bersisian dengan letak pulau Bali sampai ke ujung timur pulau Lombok yang berada di garis waktu Bagian Tengah Waktu Indonesia (BTeWI).

Keberadaan pulau-pulau Kangean, Paliat dan Sepanjang yang termasuk wilayah bekas daerah Karesidenan Madura telah lama dikenal sebagai daerah penghasil kayu jati. Seperti yang pernah diungkapkan darlam catatan perjalanan Rumphius (1628-1702), seorang opsir kumpeni di jaman kolonial Belanda.  “Dalam tahun 1676 kami juga mendatangkan biji jati dari daerah Karesidenan Madura untuk ditanam di Leytimor,” tulisnya. (SJTE - P130612)