Advertisement
Story - Teakforest - Plant
Sinar mentari
pagi pukul delapan lebih delapan menit waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), di
hari Jumat yang cerah di awal bulan Mei (3/5/13) lalu, menyambut kami di petak
hutan nomor 2E Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Calung, Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan (BKPH) Sepanjang, di kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madura,
Perum Perhutani Unit Jawa Timur itu.
Di petak
hutan di pulau Sepanjang ini, sejak bulan Januari 2012, oleh Perum Perhutani,
sedang dibudidayakan bibit tanaman jati plus (JPP) alias benih jati unggulan
seluas 5,80 hektare dengan jarak tanam 3x3 meter.
Dalam proses
penanamannya dengan sistem tumpangsari, selain jati sebagai tanaman usaha
pokok, juga dengan aneka tanaman lain. Yaitu, secang sebagai pagar, lamtoro
untuk sela tanaman, asam sebagai pengisi dan mahoni buat tepian serta anggrek
untuk tanaman hias.
Sebetulnya,
hamparan tanah berwarna merah disana tergolong lahan subur, dengan kelas bonita dua (level kesuburan,
bonita 2,00), sehingga mengandung daya regenerasi yang bagus bagi tetumbuhan
termasuk pohon jati. Terlihat dari munculnya terubusan yang tampak segar di
areal bekas tebangan jati alam itu. Mengapa banyak terubusan itu tidak dibiarkan
alami saja sehingga kelak bertumbuh menjadi hutan jati kembali?
“Memang
benar. Tetapi, kalau terubusan itu dibiarkan tumbuh kembali maka kita akan
kehilangan lacak yang jelas atas asal usul jenis pohon jati disini, sehingga
kami pun bermaksud menggantinya dengan bibit tanaman jati unggul ini,” tutur
Administratur Perhutani KPH Madura, Ir. Murgunadi, MM.
Selain
ditanami dengan benih jati unggul, di petak hutan lain bernomor 1A seluas 27,90
hektare juga sedang ditanamankan bibit jati yang dibuat dengan metoda stek pucuk, di kawasan hutan RPH Calung, BKPH
Sepanjang itu.
Penanda Waktu Barat di Bagian Tengah
Penanda waktu
saat kami tiba di kawasan hutan di pulau Sepanjang itu, tercapai setelah
menempuh delapan puluh menit perjalanan
laut, dengan mini speedboat (perahu
kecil bermesin cepat), dari Tanjung Patapan di ujung Timur pulau Kangean sampai
ke dermaga khusus di pulau Sepanjang, lalu sedikit berjalan kaki sampai basecamp dan Kantor Asisten Perhutani
(Asisten Perhutani) BKPH Sepanjang dan kemudian bersepeda motor, bersama Administratur
Perum Perhutani KPH Madura, Ir. Murgunadi, MM.
Pulau
Sepanjang dan juga pulau Kangean termasuk tiga pulau besar (satunya lagi pulau
Paliat) yang dikelola Perum Perhutani, karena sebagian besar kawasannya
memiliki hutan kayu jati. Ketiga pulau ini merupakan bagian dari kerumunan
sejumlah pulau yang membentuk daerah kepulauan.
Karena
kawasan kepulauan itu secara administratif. termasuk bagian daerah pemerintahan Kabupaten Sumenep di pulau
Madura, Provinsi Jawa Timur, maka patokan penunjuk waktunya pun mengikuti
ketentuan di pulau Jawa yang termasuk ke dalam Bagian Barat Waktu Indonesia
(BBWI).
Padahal, jika
ditarik garis lurus ke arah Selatan, kawasan ini termasuk bersisian dengan
letak pulau Bali sampai ke ujung timur pulau Lombok yang berada di garis waktu
Bagian Tengah Waktu Indonesia (BTeWI).
Keberadaan pulau-pulau
Kangean, Paliat dan Sepanjang yang termasuk wilayah bekas daerah Karesidenan
Madura telah lama dikenal sebagai daerah penghasil kayu jati. Seperti yang
pernah diungkapkan darlam catatan perjalanan Rumphius (1628-1702), seorang
opsir kumpeni di jaman kolonial Belanda. “Dalam tahun 1676 kami juga mendatangkan biji
jati dari daerah Karesidenan Madura untuk ditanam di Leytimor,” tulisnya. (SJTE - P130612)