Advertisement
Perum perhutani kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Parengan, Jawa Timur sedang menguji coba tanaman jati dengan jarak tanam 5x2 meter.
Langkah inovatif ini diklaim dapat lebih menjamin keselamatan tanaman, sejak tahapan kelas umur pertama (KU I) atau masa pertumbuhan lima tahun pertama, sehingga masuk lima tahun kedua (KU II).
Asumsi tingkat keberhasilannya bisa mencapai 100%.
"Ide dasarnya adalah menyediakan lahan yang lebih luas kepada petani penggarap, sehingga mereka tidak akan lagi mengusik jati sebagai tanaman pokok perhutani," tutur Daniel Budi Cahyono, Administratur/Kepala KPH Parengan di petak hutan lokasi uji coba, rabu (17/9).
Dengan jarak tanam standar perhutani yang 3x3 meter, maka hanya akan tersedia interval atau lorong lahan 2 meter sepanjang antar larikan, bagi kegiatan pertanian.
Akibatnya, para petani kurang leluasa karena budidaya tanaman polowijonya jadi mudah terganggu, oleh kelebatan dedaunan tanaman jati dan tanaman sela dari masing masing sisinya.
Oleh sebab itu, lazimnya para petani pun akan lebih mengutamakan pertumbuhan tanamannya sendiri, dengan menghalangi kelancaran pertumbuhan tanaman perhutani.
Akibatnya tanaman perhutani pun selalu gagal tumbuh sempurna. Bahkan nyaris mustahil dapat selamat bertumbuh mencapai umur lima tahun.
Konsep jarak tanam 5x2 dipilih dengan pertimbangan akan sama menguntungkan, baik untuk perhutani maupun bagi petani.
"Bagi perhutani masih bisa dapat jumlah N tanaman jati 1000 per hektar, sedangkan petani akan leluasa berbudidaya tanpa saling ganggu tanaman," ujar Daniel Budi Cahyono.
Menurut Kepala Seksi Perlindungan Sumber Daya Hutan (PSDH) KPH Parengan, Noor Imanuddin, luas lokasi uji coba itu 37,9 ha. Meliputi luas tanaman tahun 2013 sebanyak 19,8 hektar dan tahun 2014 seluas 18,1 ha.
(Sjte-140918)