Menu Atas

 


SJ. Adam
Minggu, 20 April 2008, 21.19.00 WIB
Last Updated 2009-09-17T10:57:33Z
GalleryStory - Forest - Utilization

Porang Di Hutan Jati

Advertisement

Story - Forest - Utilization

PORANG DI HUTAN JATI

Porang [Amorphophallus Onchophyllus], sejenis tanaman penghasil umbi, satu rumpun dengan keluarga tanaman iles-iles lainnya: seperti Talas [Bentul], Ganyong, Gembili maupun umumnya tanaman semak belukar – yang dalam akarnya mengandung cadangan kalori – mudah tumbuh di kawasan hutan jati.

Diantara deretan nama umbi-umbian yang mengingatkan suasana akrab alam pedesaan Jawa jaman dulu tersebut [entah apa saja ya sebutannya di luar bahasa suku Jawa], Porang sangat populer di era pendudukan Jepang. Bala tentara Dai Nippon – di masa perang Asia Pasifik [1942] – menjadikannya sebagai bahan nutrisi penting untuk memelihara kemampuan fisik pasukan mereka. Singkat kata, tentara Jepang dulu, gemar mengkonsumsi porang selaku bahan pangan.

Kakek saya [wafat 1975] pernah berkisah tentang pengalaman masa mudanya dan porang, sewaktu dilatih ketentaraan di jaman Jepang. “Sekali makan porang niscaya sepanjang hari tubuh terasa bugar dan perut tidak mudah lapar, “ katanya.

Dapat dikatakan, tanaman porang mempunyai sifat misterius karena akan serta merta bermunculan di bawah tegakan hutan jati saat datang musim hujan dan mendadak seakan lenyap tanpa jejak seiring masuknya musim kemarau.

“Dalam musim kemarau [siklus antara Mei sampai Desember] adalah masa Ripah alias Dorman atau waktu istirahat Porang, sehingga tanaman ini seakan lenyap begitu saja dengan menyisakan umbinya,” tutur Ajun Administratur Perhutani KPH Saradan, Ir. Budi Hermawan ketika menemani saya, 14 Februari 2008.

Adapun prosesnya, daun dan batang tanaman porang saat kemarau akan menguning sampai berubah menjadi serasah kering. Namun, seiring datangnya musim hujan, tanaman porang pun kembali memunculkan batang dan daunnya. [SJTE P05J01.1]