Advertisement
Story - Forest - Utilization
Di negara Jepang porang ditanam secara khusus – bukan nyelip di kawasan hutan – bahkan nyiraminya pakai helikopter. Pendek kata, kalau di Jepang orang lebih serius mengurusnya, sementara masyarakat petani hutan di Jawa masih ala kadar dalam urusan pemanfaatan porang.
Pada tanggal 16 Januari 2008 rombongan pakar porang dari Jepang terdiri 9 orang sengaja bertandang ke hutan dan desa Klangon. Kata sejumlah tamu itu, di negaranya hanya umbi porang berukuran 2 kg saja yang dipetik untuk dikonsumsi.
Meskipun di Indonesia tanaman porang belum ditangani dengan sangat baik, namun kalau soal kandungan nutrisinya setara kualitas dengan umbi porang hasil budidaya manusia di Jepang.
Hanya saja, dari sisi kuantitas produksinya, cara alamiah jelas kalah jumlah hasil dibandingkan dengan hasil budidaya dengan teknik mutakhir. Misalnya, dalam jarak tanam 60X30 atau antar larikan berjarak lorong 60 centimeter dengan masing-masing terdiri 1 tanaman dengan jarak antar 30 centimeter.
Sedangkan di hutan Klangon, porang masih dibiarkan tumbuh secara alamiah kalau tidak ingin dikatakan asal tumbuh sendiri tanpa banyak campur tangan manusia. Keterlibatan tangan petani desa Klangon baru sebatas pada masa mulai tanam dengan memberi jarak antar tanamannya sekitar 100X50.
Wajar dan mungkin saja kalau teknik bertanam porang di Jepang lebih maju karena masyarakat umum di sana sejak lama dikenal sebagai konsumen konyaku alias keripik umbi porang. [P05J01.4 – SJTE]