Menu Atas

 


SJ. Adam
Minggu, 13 Januari 2008, 00.19.00 WIB
Last Updated 2008-01-13T08:22:08Z
Story - Teak wood - Trade

Empat Lingkaran Konsumen Kayu Jati

Advertisement
Story – Teak wood – Trade


Perum Perhutani Jawa Timur Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Pemasaran Kayu Perhutani di Probolinggo mencatat prestasi perdagangan kayu, di saat iklim perekonomian lokal tidak sangat cerah ini.

Dalam tahun 2007 kami ditargetkan untuk meraih pemasukan senilai Rp202 milyar. “Sampai dengan hari ini sudah masuk sejumlah Rp158 milyar, atau setara 78 % dari target pendapatan,” kata General Manager KBM Probolinggo, Ngakan Putu Adnyana, di Surabaya, Senin (12/11/2007).

Awal Agustus lalu, saat ia mulai menjabat General Manajer Kesatuan Bisnis Mandiri (GM KBM) Pemasaran Kayu Perhutani Jawa Timur di Probolinggo (KBM III), perolehannya masih 43 %. Namun, peningkatan 25 % oleh usahanya itu, tidak membuat dirinya merasa luar biasa.

“Kebetulan saja, karena pada saat bersamaan permintaan pasar sedang naik,” katanya. Hanya saja, ia sangat menjaga agar fenomena buruk penjualan kayu Perhutani pada 2006 tidak terulang lagi. Saat itu sempat terjadi banting harga (discont) besar-besaran untuk penjualan kayu jati.

Namun ia mengakui juga, target penghasilan 2007 bakal sulit tercapai. Kalaupun sampai didapat adalah berkat keajaiban. Karena menjadi sulit baginya untuk terus menerus dalam waktu singkat, dapat merogoh uang para pembeli kayu agar setiap hari keluar semilyar.

“Dengan sisa waktu yang tersedia ini mudah-mudahan dapat mencapai Rp200 milyar,” tuturnya, sembari sibuk melayani komunikasi bisnis, via ponsel.

Menurutnya, pekerjaan pemasaran kayu Perhutani akan selalu berhubungan dengan empat lingkaran komunitas konsumen dengan masing-masing stratifikasinya. Tiga diantaranya merupakan konsumen pembeli kayu sejati, dan satu komunitas lagi adalah mereka yang ikut numpang hidup dalam dunia perdagangan kayu.

“Kalau boleh mengklasifikasikan, segmen konsumen kami terdiri dari pelaku industri yang mengolah kayu menjadi finish product; para pedagang yang membeli kayu untuk diperdagangkan lagi; dan para perajin yang mengolah kayu menjadi barang seni. Selain tiga pilar konsumen itu, adalah para broker kayu yang ikut numpang hidup dalam bisnis ini,” katanya memberi keterangan. (P09J03.1. – SJTE)