Menu Atas

 


SJ. Adam
Kamis, 27 Desember 2007, 06.32.00 WIB
Last Updated 2008-01-11T15:09:01Z
Story - Teak wood - Expertise

Memilih Log Kayu Jati

Advertisement
Story - Teak wood - Expertise

Kurang lebih 85 persen industri pengolahan kayu memerlukan bahan baku jati berbentuk gelondong (log), terutama yang bergerak di bidang industri permebelan untuk indoor.

Selebihnya menggunakan kayu R.S.T ( Raw Sawn Timber) atau empat persegian yang sudah setengah jadi, dengan ukuran-ukuran tertentu sesuai kebutuhan, biasanya untuk produsen-produsen outdoor.

Pada dasarnya bahan baku merupakan penunjang untung ruginya nilai harga awal. Karena rata-rata 65% nilai jual didominasi oleh nilai bahan baku. Disamping biaya-biaya operasional, biaya angkutan dan lain lain.

Oleh karena itu diperlukan sekali adanya suatu upaya untuk memilih bahan baku terutama gelondongan untuk mendapatkan hasil keluaran/output yang optimal, sebelum bahan baku tersebut dibeli dan diproses selanjutnya.

Sayangnya, untuk pemilihan bahan baku gelondongan ini tidak ada ilmu khusus yang diajarkan di tingkat pendidikan manapun, mulai dari tingkat kejuruan sampai perguruan tinggi ilmu perkayuan.

Kebanyakan dilakukan hanya berdasarkan teori yang diambil dari pengalaman bertahun-tahun membuktikan pada prosesingnya. Bahwa bahan baku yang terpilih sesuai kriteria pemilih akan menghasilkan output yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Pada kenyataanya memilih bahan baku gelondong, sama dengan memilih “kucing dalam karung”. Susah sekali diperkirakan. Tampak luar secara kebutuhan mulus, tetapi setelah diproses ada pepatah yang mengatakan “ wood is wood”, “ kayu adalah kayu”. Dalamnya bermacam-macam cacat yang merugikan dan baru kelihatan terdapat 20-30% output yang bisa dimanfaatkan.

Ada beberapa kriteria yang dapat merugikan produsen :
1. tumpukan gelondong sudah dalam keadaan terkapling ( TPK Perhutani)
2. membeli bahan baku lewat orang kedua.
3. asal gelondong bukan dari hutan pemuliaan.
4. hasil tebangan ukuran tidak sesuai kebutuhan dilihat dari diameter dan panjangnya. Biasanya kayu-kayu ex perkebunan rakyat.
5. teknik penebangan kurang hati-hati sehingga terjadi pecah bentuk, tidak sesuai dengan realita. Dan lain lain (dll).
6. pengetahuan akan kayu sangat minimal.
7. jenis jati doreng, morei, batang melintir banyak bekas cabang, bentuk seperti belimbing dan busuk pada bagian yang mati dll.

Ada beberapa produsen yang tidak mempermasalahkan, jenis doreng, model alur minyak. Fisiknya masih muda tampak putih tidak cokelat. Tapi mungkin kalau cacat serat tegak, serat melintir yang dihasilkan dari adanya kelainan pada saat tumbuhnya pohon jati dapat dilihat dari bentuk fisik gelondong tersebut.

Benjol-benjol, batang seperti melintir akan menghasilkan barang yang tidak sempurna pada permukaannya tidak halus.

1. memilih gelondongan pertama, melihat tumpukan kapling kemudian dianalisa; berapa % yang baik dan beberapa % yang jelek.
2. diameter apakah sudah sesuai. Kayu berasal dari TPK Perhutani ukuran diameter yang tercantum pada bontos tidak terlalu banyak masalah. Tapi apabila di luar kayu Perhutani sistem penghitungannya kadang-kadang merugikan.
3. melihat kondisi bentuk batang mulus atau tidak.
4. mengecek kedalaman lubang pada hati dengan mengetuk-ngetuk dengan palu, batu, atau apa saja yang bisa membedakan suara ketukan.

Informasi ini hanya sebagian dari apa yang bisa disampaikan. Memilih kayu gelondong agar dalam perhitungan nilai jual dapat mengurangi biaya dari bahan baku.(K.A.Sukasah - SJTE) ***Advis Soal RST Jati bisa dibaca di http://sjte.blogspot.com dalam bahasa Inggris.